Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nabi Muhammad saw. Disantet Dukun Yahudi

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Al-Ishlah │ Menurut Wikipedia, Santet adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Santet dilakukan menggunakan berbagai macam media antara lain rambut, foto, boneka, dupa, rupa-rupa kembang, paku dan lain-lain. Seseorang yang terkena santet akan berakibat cacat atau meninggal dunia. Santet sering di lakukan orang yang mempunyai dendam karena sakit hati kepada orang lain.


Santet secara umum sering disebut sebagai Teluh (Ilmu hitam), hal ini sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tapi hingga kini misteri itu belum (dan sulit) diungkap. Sejalan dengan kemajuan zaman, santet berkembang jadi lebih canggih. Bahkan seperti dalam era digital, santet pun ada yang diklasifikasi sebagai santet krah putih. Melibatkan kalangan atas dengan cara yang modern dan canggih.


Santet atau sihir dalam bahasa Arab dinamakan 'ainun saqhirah, atau sesuatu yang menyilaukan mata. Lebih jauh, bermakna menakjubkan. Atau sebuah kemampuan luar biasa yang sulit diterima akal sehat. Dalam masyarakat Jawa, terdapat fenomena teluh braja. Menurut kesaksian dan cerita turun-temurun dari leluhur, teluh braja juga merupakan sinar terang benderang yang melesat amat cepat. Atau seperti 'ainun saqhirah. Kemunculan teluh braja biasanya disusul mewabahnya penyakit. Kalau menuju ke rumah tertentu, salah satu penghuninya biasanya lalu menderita sakit berat, tak jarang mengakibatkan kematian.


1. Asbaabun-Nuzuul Surah An-Naas dan Al-Falaq.

Pada kitab yang khusus menjelaskan sebab-sebab turunnya suatu ayat atau surah Al-Qur'an, diceritakan bahwa turunnya Surah ke 113 dan 114 dalam urutan mushaf, adalah kejadian sbb.:
Santet dari bawah sumur. Bahwa Rasulullah saw. pernah mengalami sakit parah, maka datanglah kepada beliau dua Malaikat, yang satu duduk di sebelah kepala beliau dan yang satu lagi di sebelah kaki beliau. Berkatalah Malaikat yang yang duduk di sebelah kaki beliau kepada Malaikat yang duduk di sebelah kepala beliau: "Apa yang engkau lihat?" Ia menjawab: "Beliau terkena guna-guna" Dia bertanya lagi: "Apa guna-guna itu?" Ia menjawab: "Guna-guna itu sihir!" Dia bertanya lagi: "Siapa yang membuat sihir?" Ia menjawab: "Labid bin al-A'sham al-Yahudi, yang sihirnya berupa gulungan yang disimpan di dalam sumur keluarga si anu di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkat batunya, kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah. Pada pagi harinya Rasulullah saw. mengutus 'Amar bin Yasir dan kawan-kawannya. Setibanya di sumur itu, tampaklah airnya merah seperti air pacar. Air itu ditimbanya, dan diangkat batunya, serta dikeluarkan gulungannya kemudian dibakar. Ternyata di dalam gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas simpul. Kedua surah ini.(Q.S. 113 dan 114) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Setiap kali Rasulullah saw. mengucapkan satu ayat, terbukalah simpulnya. [1].
Pernah diracun. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi membuatkan makanan untuk Rasulullah saw., Setelah memakan makanan itu, tiba-tiba Rasulullah sakit keras, sehingga shahabat-shahabatnya mengira bahwa penyakit itu timbul akibat perbuatan Yahudi itu. Maka turunlah Jibril membawa dua surah ini (Q.S. Al-Falaq dan An-Nas) serta membacakan ta'awwudz. Seketika itu juga Rasulullah keluar menemui shahabat-shahabatnya dalam keadaan sehat wal-afiat.[2].


2. Perihal Santet Yang Menimpa Rasulullah saw.

Menimpa Nabi saw. Rasulullah saw. sendiri pernah disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin Al A’sham. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits (yang artinya):“Sesungguhnya Nabi saw. disihir sehingga dikhayalkan padanya bahwa beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya. Dan beliau saw. pada suatu hari berkata kepada Aisyah: “Telah datang padaku dua malaikat, salah satunya duduk di dekat kepalaku dan yang lainnya di dekat kakiku. Salah satu malaikat tersebut berkata kepada yang lainnya: “Apa penyakit laki-laki ini (Rasulullah)? Yang satunya menjawab terkena sihir”. “Siapa yang menyihirnya ?” Satunya menjawab “Labid bin Al A’sham …” [3].
Tidak menodai kenabian. Ibnul Qayyim berkata: “Dan sekelompok manusia telah mengingkari hal ini (disihirnya Rasulullah saw.-red). Mereka mengatakan: “Ini tidak boleh menimpa diri Rasul,” bahkan mereka menganggap ini sebagai suatu kekurangan dan aib. Dan perkaranya tidak seperti yang mereka duga, akan tetapi sihir tersebut adalah dari jenis perkara (penyakit) yang berpengaruh terhadap diri Rasulullah saw., hal ini termasuk dari jenis-jenis penyakit yang menimpanya sebagaimana beliau saw. juga tertimpa racun, di mana tidak ada perbedaan antara pengaruh sihir dengan racun.”[4].
Manusiawi. Ibnul Qayyim mengutip dari Al Qadhi ‘Iyadh, bahwasanya beliau berkata: “Kejadian disihirnya Rasulullah saw. tidak menodai kenabian beliau. Adapun keberadaan atau kejadian beliau saw. dikhayalkan melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya, hal ini tidaklah mengurangi sifat shiddiq (jujur) yang ada pada diri beliau saw. dikarenakan adanya dalil bahkan ijma’ (kesepakatan umat Islam) atas kemaksuman (terpelihara dari dosa dan kesalahan) beliau saw. dari hal tersebut, akan tetapi hal ini suatu perkara duniawi yang mungkin bisa menimpanya. Yang beliau saw. tidak diutus karena sebab tersebut dan tidak diberi keutamaan, karenanya pula beliau dalam hal ini seperti manusia yang lainya, maka tidak mustahil untuk dikhayalkan kepada beliau saw. dari perkara-perkara yang tidak ada hakekatnya baginya, kemudian hilang dari beliau dan kembali seperti keadaan semula.”





3. Cara Mengobati Sihir (Santet)

Mengeluarkan sihir tersebut dan membatalkannya, sebagaimana disebutkan di dalam hadits yang shahih dari Nabi saw. bahwasanya beliau saw. berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla dalam perkara sihir tersebut. Maka Allah ‘azza wa jalla tunjukkan kepada beliau saw. (tempat buhul-buhul tersebut), kemudian beliau mengeluarkannya (mengambil buhul-buhul tersebut) dari suatu sumur. Maka hilanglah apa yang ada pada beliau, seakan-seakan beliau lepas dari ikatan.
Dengan diruqyah, yaitu dengan dibacakan Al Qur’an dan do’a-do’a (yang bersumber dari Rasulullah saw.) kepada yang terkena sihir. Misalnya dengan dibacakan surat Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas, dan yang lainnya dari ayat-ayat Al Qur’an kemudian ditiupkan kepada yang sakit, maka insya Allah akan sembuh. Demikian disebutkan dalam Zaadul Maad.


ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ 

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”





Sumber:


Wikipedia

Kitab Asbaabun-Nuzul hal. 691-693, H.A. Dahlan dan M.Zaka Al-Farisi, Penerbit: CV.Diponegoro, Bandung.


http://www.fimadani.com/hukum-melakukan-sihir-atau-santet/


***


[1]. Diriwayatkan oleh Baihaqi di dalam kitab Dalaa-ilun Nubuwwah, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu Abbas.

[2]. Diriwayatkan oleh Abu Nu'man di dalam kitab ad-Dalaail, dari Abu Ja'far ar-Razi, dari ar-Rabi' bin Anas, yang bersumber dari Anas bin Malik.

[3]. (HR Al Bukhari).


[4]. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad 4/ 124

Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Muhammad saw. Disantet Dukun Yahudi"