Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Syarat Diterimanya Syahadat (Syuruuth Qabulusy Syahadatain)

Al-Ishlah │ Syarat Diterimanya Syahadat (Syuruuth Qabulusy Syahadatain)

Tujuan Materi

Peserta Tarbiyah mampu:
  • Memahami bahwa syahadat yang diucapkannya harus dilandasi pengetahuan, keyakinan,ikhlash, pembenaran, kecintaan, penerimaan dan ketundukan
  • Menyadari bahwa kebodohan, keraguan, syirik, dusta, benci, ingkar dan mangkir adalah termasuk sikap-sikap yang menyebabkan ditolaknya syahadatain.
  • Mewujudkan sikap rela diatur oleh Allah, Rasul, dan Islam dalam setiap keadaan

Uraian Materi

Syahadat yang kita ucapkan dapat diterima oleh Allah swt dan tak tertutup pula kemungkinan untuk ditolak-Nya. Jika kita menganggap syahadat yang seseorang ucapkan adalah tidak pernah ditolak, artinya kita mengatakan bahwa setiap seseorang yang mengucapkan syahadat pasti diterima oleh Allah swt. Padahal untuk hanya sekedar berucap syahadat itu bisa saja dilakukan semua orang, walaupun dia tidak tahu apa itu syahadat dan segala konsekuensinya. Berikut ini adalah syarat-syarat diterimanya syahadat yang selalu kita ucapkan:


1. Pengetahuan bukan kebodahan atau ilmu yang menolak kebodohan (al ilmu al munafi lil jahl).

Syahadatain harus berdasarkan pengetahuan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi seseorang yang bersyahadat mesti memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Ia wajib memahami arti dua kalimat syahadat ini dan mau pula menerima bersedia menerima hasil ucapannya. Orang yang jahil (bodoh) tentang makna syahadatain tidak mungkin mampu mengamalkannya. Manusia berkewajiban memahami makna laa ilaaha illallah karena itu kunci untuk mendapat rahmat dari Allah swt, dan mendapatkan banyak kebaikan. Al Qur'an menjelaskan bahwa yang bersyahadat tersebut adalah Allah, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (nabi dan orang-orang yang beriman).

Dalil-Dalil:

[Qur'an Surat 47 ayat 19]: "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu."

[Qur'an Surat 3 ayat 18]: "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Hadis as Shahihain diriwayatkan dari Usman r.a yang mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa meninggal, sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah, la masuk sorga."


2. Keyakinan tanpa (yang menolak) keraguan (al yaqin al munafi lisy syak)

Syahadatain harus berdasarkan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun di dalam hati. Bahkan Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa "Iman itu bukan angan-angan dan hiasan, ia adalah sesuatu yang bersemayam di dalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan". Jadi seseorang yang bersyahadat mesti meyakini bahwa ucapannya sesbagai sesuatu yang diamininya dengan sepenuh hati tanpa keraguan. Yakin akan membawa seseorang kepada istiqamah, sebaliknya keragu-raguan akan membawa seseorang pada kemunafikan. Iman yang benar tidak boleh bercampur dengan keraguan. Mereka tidak ragu berkorban harta bahkan jiwanya untuk itu. Menolak keraguan terhadap sesuatu yang datangnya dari Allah menjadikan seseorang hidupnya terpimpin dalam hidayah-Nya. Diantara ciri seorang mukmin itu adalah tidak ragu dengan Kitabullah dan yakin dengan hari akhir.

Dalil-Dalil:

[Hadis Riwayat Muslim] :Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu dengan Allah dengan dua kalimat ini dan tidak ragu tentang kedua-duanya, kecuali masuk surga." 

[Qur'an Surat 49 ayat 15] : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar."

[Qur'an Surat 32 ayat 24] : "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami."

[Qur'an Surat 2 ayat 1 - 5 ]:"Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung."


3. Ikhlash yang menolak kemusyrikan (al ikhlaash al munaafi lisy syirk)

Bersyahadat harus dengan ikhlas karena Allah swt dan tidak ada niat selain mengharap ridha-Nya, karena niat yang tidak ikhlas sudah termasuk sirik. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau hal-hal lain tidak akan diterima oleh Allah swt. Ikhlas dalam bersahadat ini merupakan pondasi yang paling kokoh dalam bersyahadat. Syahadat merupakan ibadah karenanya harus dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas berarti menolak kemusyrikan, dan perbuatan apapun yang mengandung kemusyrikan akan menghapus segala amal kebaikan. Oleh karena itu amat merugi bagi manusia yang bersyahadat, beramal tetapi tidak ikhlas sehingga segalam ucapan dan amal perbuatnya menjadi sia-sia di hadapan Allah swt. Tidak ikhlas berarti juga menjadikan selain Allah swt sebagai tandingan-tandingan-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara tulus ikhlas dari hatinya atau dari jiwanya"

Dalil-Dalil:

[Qur'an Surat 98 ayat 5]:"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus". Begitu juga dengan Surat 39 ayat 11 dan 14

[Qur'an Surat 39 ayat 65]:"Dan sesungguhanya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: " Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi".

[Qur'an Surat 18 ayat 110]:"Katakanlah: " Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa'. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya".



4. Kebenaran yang menolak kedustaan (ash shidqu al munaafi lil kadzib)

Syahadatain harus diucapkan dengan sejujurnya (sebenarnya) bukan dengan kedustaan. Jadi dalam pernyataan syahadat seorang Muslim wajib membenarkan tanpa sedikitpun dicampur dusta (kebohongan). Benar adalah landasan iman dan menjadi ciri orang yang bertakwa, sedangkan dusta adalah landasan kufur. Sikap shidiq (jujur) akan melahirkan ketaatan dan amanah sedangkan kadzab melahirkan kemaksiatan dan penghianatan. Kebenaran yang diamalkan seseorang akan mempengaruhi tingkah laku dan pemikirannya. Mereka akan bertingkah laku dan berfikir dengan benar jika mereka shidiq. Orang yang benar akan terbukti dalam medan jihad dan Allah swt akan membalasnya dengan kebaikan, sedangkan orang yang munafik akan diberikan ganjaran berupa adzab yang mengerikan. Ciri munafik itu adalah dusta (kadzab). 

Orang yang kadzab itu tidak saja mendustakan manusia tetapi juga berani mendustakan Allah swt. Kebenaran dan kemunafikan tersebut akan teruji dengan cobaan (ujian) baik kesenangan maupun kesusahan. Sehingga cobaan tersebut akan menjadi seleksi bagi kebenaran iman seseorang. Sejarah menunjukkan bahwa cobaan merupakan cara untuk mengetahui siapa yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah dan siapa yang tidak bersungguh-sungguh. Muadz bin Jabal r.a pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:"Tak seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dengan jujur dari hatinya, kecuali Allah mengharamkannya disentuh api neraka". dan ada lagi hadis lain yang menerangkan bahwa Rasulullah bersabda: "Tinggalkanlah yang meragukanmu, karena sesungguhnya benar itu menenangkan (hati) sedangkan dusta itu meragu-ragukan"

Dalil-Dalil:

[Qur'an Surat 39 ayat 33]: "Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa".

[Qur'an Surat 33 ayat 23-24]:"Di antara orang-orang mukmin itu ada or­ang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dike hendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

[Qur'an Surat 2 ayat 8-10]:"Diantara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal hati mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta".

[Qur'an Surat 29 ayat 2-3]:"Apakah manusia itu mengira bahwa merekadibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedangmereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telahmenguji orang-orang yang sebelum mereka, makasesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Hadits. Sikap benar mengajak kepada kebaikan dankebaikan membawa ke surga. Sifat dusta mengajak kepadakeburukan dan keburukan membawa ke neraka."



5. Cinta yang menolak (bukan) kebencian (al mahabbatu al munaafiyah lil bughdh)

Syahadatain harus diucapkan dengan kecintaan bukan dengan keterpaksaan. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah. Sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini semua beban yang berat menjadi terasa ringan sehingga tuntutan syahadatain dapat dilakukan dengan mudah. Cinta kepada Allah swt yang teramat sangat merupakan ciri dari seorang mukmin. Mereka juga akan membenci apa saja yang dibenci oleh Allah swt. Bukankah bagi seorang pencinta berlaku "musuhnya kekasih adalah musuh, kekasihnya kekasih adalah kekasih. Mukmin akan mendahulukan cinta kepada Allah swt, Rasul dan jihad dibanding kecintaan kepada yang lainnya.

Dalil-Dalil:

[HR. Bukhari]:"Tiga hal yang barang siapa dalam dirinya ada ketiganya, akan mendapatkan manisnya iman. Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada selain keduanya, bila seseorang mencintai seseorang yang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan apabila ia tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia tidak ingin dimasukkan ke dalam neraka".

Di hadis lain dikatakan "Ada tiga perkara yang apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman."

[Qur'an Surat 2 ayat 165]:"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal)."

[Qur'an Surat 9 ayat 24]:"katakanlah : "Jika bapak - bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik".



6. Penerimaan bukan penolakan (al qabulu al munaafi lir radd)

Syahadatain dan konsekuensinya harus diterima dengan lapang hati, tidak ada alasan untuk menolaknya karena ia jaminan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Jadi seorang Muslim wajib menerima secara mutlak nilai-nilai serta kandungan syahadatain tanpa keberatan dan rasa terpaksa sedikitpun. Baginya tidak ada pilihan kecuali mengikuti kitabullah dan sunnaturrasul. Ia senantiasa siap untuk mendengarkan, tunduk, patuh dan taat terhadap perintah Allah swt dan Rasul-Nya. Mukmin adalah mereka yang bertahkim (berhukum) kepada Rasul Allah swt dalam setiap persoalannya kemudian ia menerima secara total keputusan Rasul, tanpa ragu-ragu sedikitpun. Inilah ciri orang yang beriman yaitu menerima ketentuan dan perintah Allah swt tanpa keberatan dan pilihan lain. Istilahnya sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami taat) dalam seluruh hidup mereka.

[Qur'an Surat 4 ayat 65]:"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya".

[Qur'an Surat 33 ayat 36]:"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul­Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."

[Qur'an Surat 28 ayat 68]:"Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)".

[Qur'an Surat 24 ayat 51]:"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami taat" dan mereka itulah orang-orang yang beruntung".



7. Kepatuhan bukan keengganan beramal (al inqiyad al munaafi lil imtina'i wat tarki wa 'adamil 'amal)

Penerimaan terhadap konsekuensi syahadat harus dibuktikan dengan kegairahan melaksanakan, bukan kemalasan atau keengganan. Jadi syahadatain baru dapat dilaksanakan apabila diwujudkan dalam amal yang nyata. Muslim yang bersyahadat harus selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang menjadi aplikasi syahadatain. Ia menentukan agar hukum dan undang-undang Allah berlaku pada diri, keluarga dan masyarakatnya. Orang yang bekerja akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan balasan surga dari Allah swt.

[Hadis]:"dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin al Ash r.a berkata, bersabda rasulullah saw: "Tidaklah beriman salah seorang di atara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang aku bawa".

[Qur'an Surat 9 ayat 105]:"Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".

[Qur'an Surat 16 ayat 97]:"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".

Syarat-syarat di atas saling terkait dan menjadikan seorang hamba ridha (menerima) dengan Allah sebagai Tuhannya, Rasulullah sebagai suri teladannya, dan Islam sebagai jalan hidupnya. Sehingga dengan keridhaan hatinya dengan Allah, Rasul dan Islam, Allah memasukkannya ke dalam rahmat_Nya "Dia memasukkan siapapun yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya (surga). Adapun bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih" [QS.76:31]

Posting Komentar untuk "Syarat Diterimanya Syahadat (Syuruuth Qabulusy Syahadatain)"