Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Bahaya Sifat Riya'

Pengertian dan Bahaya Sifat Riya'


Al-Ishlah │ Riya’ dalam Bahasa Arab artinya memperlihatkan atau memamerkan, secara istilah riya’ yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Hal yang sepadan dengan riya’ adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu didengarorang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada Allah Swt.

Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat.


Dengan demikian orang yang riya’ berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Saw bersabda:




”Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang lain. Dan barang siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain (riya’), maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada yang lain.” (H.R Bukhari).

Allah juga berfirman dalam QS. an-Nisa’ ayat 142



“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Merekabermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. an-Nisa’ [4]:142)

Alangkah meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena mereka bersusah payah mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi Allah tidak menerima sedikit pun amal ibadah mereka, bahkan azab yang mereka terima sebagai balasannya.

Firman Allah Swt :


“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:188)

Sabda Rasulullah Saw:


“Allah tidak akan menerima amal yang terdapat unsur riya’ di dalamnya walaupun riya’ itu hanya sebesar dzarrah” (al-Hadis)

Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika melaksanakan ibadah shalat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam sebagai pendusta Agama Islam ini, bahkan diancam dengan satu sangsi yaitu neraka Wail. Allah berfirman dalam Q.S. al-Maun 107: 4-6, yaitu:


“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (5) orang-orang yang berbuat riya” (6). (Q.S. al-Maun [107]:4-6)

Contoh-contoh perbuatan riya’ misalnya adalah:

a. Sifat–sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka melekatkan sifat-sifat mulia pada diri sendiri. Hal-hal yang cenderung dipamerkan itu misalnya keelokan dirinya, pakaian atau perhiasan, jabatan di tempat kerja, dan status sosial lainnya.

b. Seseorang menyantuni anak yatim dihadapan banyak orang dengan maksud agar ditayangkan di TV atau radio.

Adapun akibat buruk riya’, antara lain sebagai berikut:

a. Menghapus pahala amal baik, (QS. al-Baqarah ayat 264)
b. Mendapat dosa besar karena riya’ termasuk perbuatan syirik kecil.

Sabda Rasulullah Saw:



“Sesungguhnya perkara paling aku khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil. Sahabat bertanya, “Apa syirik kecil itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’” (H.R Ahmad)

c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir. (Q.S. al-Baqarah ayat 264).

Posting Komentar untuk "Pengertian dan Bahaya Sifat Riya'"