Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengangkatan dan pemeriksaan amal dalam tiga 3 bentuk

Al-Ishlah │ Pengangkatan dan pemeriksaan amal sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat hadis dalam tiga 3 bentuk ;









Pertama, amal yang dilakukan malam hari diangkat kepadaNya sebelum amal yang dilakukan siang hari.


Kedua, diperiksanya amal pada hari senin dan kamis


Ketiga, diangkat amal kepadanya pada bulan sya’ban secara khusus.


Diangkatnya Amal Malam dan Siang Hari

Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– menyebutkan bahwa amal-amal itu diangkat kepada Allah dengan pengangkatan yang bersifat umum pada setiap harinya, beliau bersabda,


يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ – وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ- كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ


Sekelompok Malaikat saling bergantian dengan sekelompok Malaikat yang lainnya dalam mengawasi perbuatan kalian pada malam hari dan pada siang hari. Mereka berkumpul pada waktu shalat Subuh dan shalat Asar, kemudian sekelompok Malaikat yang pada malam hari mengawasi amal kalian naik (menuju kepada Allah), lalu Allah menanyai mereka –sementara Dia lebih tahu daripada mereka-, ‘bagaimana (keadaan) saat kalian meninggalkan hamba-hambaKu ?. Mereka pun menjawab, ‘ ketika kami tinggalkan mereka, mereka tengah dalam keadaan melaksanakan shalat dan ketika kami datang kepada mereka, mereka juga tengah melakukan shalat. (HR. Al-Bukhari, no. 530)





Diperisanya Amal pada hari Senin dan Kamis

Mengenai pemeriksaaan amal, Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- meriwayatkan bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


تعرض الأعمال يوم الإثنين والخميس فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم


“Amal-amal manusia diperiksa pada setip hari Senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At-tirmidzi, No. 747)





Diangkatnya amal di bulan Sya’ban

Adapun mengenai diangkatnya amal secara khusus pada bulan sya’ban, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersada,


تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


Pada bulan tersebut (yakni, Bulan Sya’ban, seluruh amalan-amalan diangkat kepada rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku suka amalku diangkat sementara aku tengah dalam keadaan berpuasa. (HR. An-Nasai, No. 2357)


Diangkatnya amal kepada Allah disertai dengan keadaannya tengah berpuasa hal tersebut akan lebih memberikan peluang untuk diterima di sisi Allah dan juga lebih dicintai oleh Allah azza wajalla dan Allah akan menerima seluruh amal shaleh yang dilakukannya, dan agar Allah memberikan pahala kepadanya dengan pahala yang lebih besar. Untuk itu, selayaknya kaum muslimin meneladani beliau.

[11:21, 30/4/2018] +62 813-2005-3373: Kali ini pembahasan tentang laporan amal, selamat mengikuti.


Laporan Amal


Di antara keistimewaan bulan Sya’ban yang sudah dikenal adalah laporan amal (Raf’ul Amal). Tepatnya laporang terbesar dan terluas. Dalam hadits dari Usamah bin Zaid ra disebutkan: Ia berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau puasa dalam bulan – bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


“Itulah bulan yang dilupakan manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Itulah bulan dimana amal – amal diangkat (dilaporkan) kepada Tuhan semesta alam dan aku suka jika amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa” (HR Nasai)


Laporan di Siang Hari dan Laporan di Malam Hari


Dalam Shahih Muslim dari Abu Musa al Asy’ari ra. Ia berkata:


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdiri di antara kami dengan lima kalimat. Selanjutnya Beliau bersabda:


إِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَ يَنَامُ وَلاَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفَضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَـعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّوْرُ لَوْ كَشَفَهُ َلأَحْرَقَتْ سَبَحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ


“Sesungguhnya Allah ta’alaa tidak tidur dan tidak semestinya Dia tidur. Dia merendahkan dan meninggikan timbangan. Diangkat kepadaNya amalan malam sebelum amalan siang, dan amalan siang sebelum amalan malam. HijabNya adalah cahaya. Andai Dia Membukanya niscaya kegungan wajahNya akan membakar sejauh pandanganNya dari ciptaanNya”


Al Allamah al Munawi rahimahullah berkata:


[Maksud (laporan dalam hadits ini) adalah: Diangkat (dilaporkan) kepadaNya amalan siang pada permulaan malam setelahnya dan amalan malam pada permulaan siang setelahnya. Ini karena para malaikat penjaga (Hafazhah) naik (ke langit) dengan membawa amalan – amalan malam – setelah malam habis – pada permulaan siang dan mereka naik membawa amalan – amalan siang – setelah siang habis – pada permulaan malam].



Dengan uraian ini, Imam al Munawi merujuk pada hadits dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


يَتَعَاقَبُوْنَ – يَتَـنَاوَبُوْنَ – فِيْكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ باِلنَّهَارِ وَيَجْـتَمِعُوْنَ فِى صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِيْنَ بَاتُوْا فِيْكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ _ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ _ كَيْفَ تَرَكْـتُمْ عِبَادِيْ ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : تَرَكْـنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ وَآتَيْـنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ


“Malaikat malam malaikat siang saling bergantian dalam (menjaga) diri kalian. Mereka bertemu dalam shalat fajar (subuh) dan shalat ashar. Kemudian malaikat yang menginap bersama kalian naik dan lalu ditanya oleh Tuhan mereka – Dia lebih Mengetahui daripada mereka – : “Bagaimanakah kalian meninggalkan para hambaKu?” Mereka menjawab: “Kami meninggalkan mereka saat mereka sedang shalat dan kam datang kepada mereka saat mereka sedang shalat” (HR Bukhari Muslim)




Hadits ini – seperti dikatakan oleh al Mundzuri – juga diriwayat


Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً


“Pada hari ini telah telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maaidah: 3)


Banyak sekali ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan kita untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta memperingatkan kita agar tidak membuat hal-hal yang baru dalam agama, yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah hendaklah kalian mengikutiku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)


Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:


عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي, عضوا عليها بالنواجذ, وإياكم ومحدثات الأمور, فإن كل محدثة بدعة, وكل بدعة ضلالة, وكل ضلالة في النار


“Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunahku dan sunnah para khalifah ar-rasyidin (yang diberi petunjuk) sesudahku, gigitlah dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah dari setiap perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya perkara yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah di neraka.” (HR. At-Tirmidzi IV:149 dan Ibnu Majah II:1025)


Dalam hadits lain Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan,


من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد. متفق عليه


“Barang siapa yang membuat hal-hal yang baru di dalam perkara (agama) ini yang bukan merupakan bagian darinya, maka amalan itu akan tertolak.” (HR. Bukhari III:241 dan Muslim V:132)


Ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut di atas telah menegaskan akan wajibnya mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beramal. Barang siapa yang beramal tidak sesuai dengan tuntunan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam maka amalannya akan ditolak alias tidak diterima, meskipun amalannya besar, meskipun amalan itu telah membudaya di kalangan kaum muslimin ataupun amalan tersebut kelihatannya menurut kaca mata sebagian orang baik. Pendek kata yang harus dijadikan barometer untuk menilai baik tidaknya suatu amalan bukanlah akal manusia, akan tetapi setiap amalan harus di timbang dengan timbangan syariat; Al Quran dan Al Hadits. Apa yang sesuai dengan keduanya kita kerjakan, dan apa yang tidak sesuai kita tinggalkan. Inilah jalan seorang muslim yang sejati.


Di zaman kita ini telah menjamur di kalangan sebagian masyarakat amalan-amalan yang dianggap ibadah, padahal sama sekali tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabatnya. Apakah mereka lebih paham tentang agama Islam daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya? Ataukah mereka telah memiliki tuntunan yang berbeda dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya?




Maka marilah mulai detik ini kita kembali mengoreksi amalan-amalan yang selama ini kita kerjakan, sudahkah amalan kita sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Sudahkah kita mempelajari bagaimana cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat? Sudahkah kita mempelajari bagaimana cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhaji?





Baca juga Artikel Selanjutnya

Posting Komentar untuk "Pengangkatan dan pemeriksaan amal dalam tiga 3 bentuk"