Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Topik 37: Latihan Surat Al-Ikhlas

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT, Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran berbahasa Arab. Kita telah menyelesaikan latihan surat Al-Fatihah, kini waktunya kita masuk ke surat Al-Ikhlas. Ada banyak pelajaran pola bahasa Arab yang bisa kita pelajari di surat ini, antara lain al-jumlah al-mufidah (cara membentuk kalimat sempurna), demikian juga mengenai jazm, dan pengertiaan Kaana. Disamping itu kita juga akan mendapatkan vocabulary (mufrodad) baru, Insya Allah.

Baiklah, sebelum memulai Latihan, boleh dong saya sedikit menjelaskan keutamaan dari surat Al-Ikhlas ini. Tujuannya agar kita (saya yakin semua orang muslim sudah hafal surat ini) lebih menghayati akan besarnya keutamaan surat Al-Ikhlas ini.

Maka dari itu pada topik 37 ini rencana saya, hanya akan menyajikan semacam muqaddimah (pengantar) dari Surat Al-Ikhlas ini. Formatnya pertama, saya jelaskan arti kata Al-Ikhlas, bagaimana esensi dari isi surat ini, dan apa keutamaan membaca surat ini. Setelah itu pada topik 38 baru kita mulai dengan Latihan.

Al-Ikhlas الإخلاص
Kata Ikhlas dalam bahasa arab adalah mashdar (kata dasar) dari akhlasa أخلص yang artinya memurnikan, sehingga kata ikhlas artinya murni atau kemurnian atau bisa juga pemurnian (mengenai masdhar silahkan baca topik selanjutnya --topik 38). Salah satu arti ikhlas adalah bersih.

Menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan (dalam redaksi lain), bahwa surat Al-Ikhlas ini menyuruh kita untuk memurnikan ke-tauhid-an kita kepada Allah SWT, sehingga keyakinan itu bersih, tidak bercampur dengan syirik. Disamping itu pemurnian itu juga berarti menyingkirkan semua kotoran-kotoran yang merusak tauhid kita kepada Allah SWT. Demikian menurut Buya Hamka.

Tauhid توحيد adalah masdhar (kata dasar) dari wahhada وحد yang artinya meng-Esa-kan, sehingga Tauhid ini maknanya Peng-Esa-an Allah SWT. Artinya Allah itulah Tuhan yang Esa (satu). Dia tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak mempunyai anak. Dia juga tidak dilahirkan, dan tidak ada satupun yang menyerupai-Nya.

Kembali mengutip Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan bahwa, maksud surat Al-Ikhlas mengatakan bahwa: Allah tidak beranak (tidak mempunyai anak), artinya bahwa itulah sifat mutlak Tuhan, yang kekuasaannya abadi. Tidak seperti Raja yang kalau sudah tua, dia perlu mewariskan kekuasaannya kepada anaknya. Sedangkan Allah SWT bukanlah makhluk yang ada batas usianya, sehingga perlu punya anak untuk melanjutkan tugas-tugasnya. Demikian menurut Buya Hamka.

Keutamaan Surat Al-Ikhlas

Dikisahkan dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah SAW senantiasa membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam sholat Sunnat Fajar dan Sholat Witir. Hal ini disebabkan kedua surat itu mengumpulkan Tauhid Iman (percaya bahwa Allah itu Esa), dan Tauhid Amal (tidak mengikuti cara beribadah orang kafir). Dalam hadist yang lain dikatakan bahwa surat Al-Ikhlas itu sama dengan 1/3 Al-Quran.

Dalam sebuah hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Turmidzi, dikatakan:

Dari Abi Hurairah RA, dia berkata: "Aku datang bersama Nabi SAW. Tiba-tiba dia mendengar seseorang membaca "Qul huwaLLAHu ahad". Maka berkatalah beliau SAW: "wajabat وجبت (Wajib)". Lalu akupun bertanya (kepada Rasul SAW): maa wajabat ما وجبت؟ (apa yang wajib)? Rasul menjawab: "Wajib orang itu masuk syurga" (HR. Tirmidzi dia berkata hadist ini Hasan Shohih).

Dalam sebuah hadist lain yang diriwatkan oleh Imam Bukhori, dikatakan:

Dari Aisyah RA, dia berkata: "Nabi SAW suatu ketika mengirim patroli kesuatu tempat. Pemimpin patroli itu pada tiap akhir sholat yang dijaharkan (dikeraskan bacaannya) selalu membaca "Qul Huwa Allahu Ahad". Setelah mereka kembali pulang, mereka kabarkan perbuatan pimpinan patroli itu kepada Nabi SAW. Lalu beliau SAW berkata: "Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat begitu?" Lalu merekapun bertanya kepada pemimpin patroli tsb (mengapa selalu menutup sholat dengan membaca Qul Huwa Allahu Ahad).

Diapun berkata: "Itu adalah sifat dari Tuhan yang bersifat Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan saya sangat senang membacanya". Mendengar jawaban tsb, Rasulullah SAW pun berkata: "katakanlah kepadanya, bahwa Allahpun senang kepadanya". (HR. Bukhari)


Demikianlah beberapa hal yang dapat kita kutip keutamaan surat Al-Ikhlas. Insya Allah pelajaran topik selanjutnya kita akan latihan menerjemahkan surat ini, dan akan didahului dengan penjelasan tentang mashdar (kata dasar).

Posting Komentar untuk "Topik 37: Latihan Surat Al-Ikhlas"